Suatu hari Nabi Nuh memerintahkan seluruh binatang yang ada di muka bumi ini masuk ke dalam kapal. Akan ada banjir maha dahsyat, dawuh Nabi Nuh. Semua binatang berpasang-pasangan dari seluruh penjuru dunia pun berbondong-bondong menuju kapal Nabi Nuh. Tak terkecuali semut.
Sayangnya, meskipun badan semut kecil, namun kelaminnya sangat besar. Semut pun dengan susah payah lari menyusul sambil menyeret kelaminnya. Namun apa daya, semut kelelahan di tengah jalan karena kelaminnya yang besar itu hanya memperlambat larinya. Dan di tengah jalan, semut melihat seekor binatang yang sangat besar, sedang berlari tergesa-gesa menuju kapal Nabi Nuh. Semut pun menyetop hewan besar tersebut dan hewan besar itu pun berhenti.
Semut bilang, tolong aku, bolehkah aku menitipkan kelaminku kepadamu agar aku bisa berlari cepat ? Oke, jawab sang hewan raksasa tadi. Akhirnya, setelah kelaminnya dititipkan, semut pun mampu berlari kencang. Sedangkan hewan raksasa tadi masih mampu berlari namun tidak secepat tadi. Setelah sampai di dalam kapal, semut segera mencari tempat yang nyaman, begitu juga hewan raksasa tadi. Kelamin semut pun disimpannya di dalam rak yang tersedia.
Setelah hewan sedunia akhirnya masuk kapal Nabi Nuh, banjir pun tiba. Berbulan-bulan mereka terombang-ambing di atas lautan air bah. Semut pun sampai bosan di atas kapal, ingin segera mendarat. Akhirnya setelah air bah surut, kapal Nabi Nuh pun mendarat. Semut senangnya bukan kepalang melihat daratan, segera dia lari kencang menuju daratan segera setelah pintu kapal di buka. Saking senangnya, semut sampai lupa akan nasib kelaminnya yang dititipkan pada hewan raksasa tadi.
Sementara itu, hewan raksasa tadi segera mencari barang titipan semut yang tadi dititipkan padanya. Karena suasana dalam kapal gelap, dia mencari kelamin semut dengan cara mengendus-endus rak. Satu persatu barang di atas rak diciumi, ketika mendekatkan kelamin semut ke hidung, hewan raksasa itu pun masih sempat mengendusnya. Saking kuatnya sedotan ketika mengendus, kelamin semut pun melesat dan menempel di hidungnya. Celakanya, tidak bisa dicopot. Hewan raksasa itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya berharap kelamin semut copot dari hidungnya, namun tidak bisa. Segera hewan raksasa itu keluar kapal mencari semut. Apa daya, semut sudah berlari jauh entah kemana. Hewan raksasa itu pun lantas berlari sejauh-jauhnya, karena malu di wajahnya ada kelamin. Kelak hewan raksasa itu dinamakan gajah.
Sementara itu, semut yang sudah di antah berantah, baru tersadar kalau kelaminnya ketinggalan. Maka sejak saat itu, semut pun tiap bertemu dengan semut lain selalu berhenti dan saling bertanya, apa kelamin kita sudah ketemu ?
Itu adalah salah satu joke Mbah Wahab Chasbullah kala melobi para ulama Arab dalam rangka mengagalkan rencana pembongkaran makam Kanjeng Nabi Muhammad SAW oleh pemerintah Arab Saudi.
Oleh : Ustadz Fahmi Ali
Sayangnya, meskipun badan semut kecil, namun kelaminnya sangat besar. Semut pun dengan susah payah lari menyusul sambil menyeret kelaminnya. Namun apa daya, semut kelelahan di tengah jalan karena kelaminnya yang besar itu hanya memperlambat larinya. Dan di tengah jalan, semut melihat seekor binatang yang sangat besar, sedang berlari tergesa-gesa menuju kapal Nabi Nuh. Semut pun menyetop hewan besar tersebut dan hewan besar itu pun berhenti.
Semut bilang, tolong aku, bolehkah aku menitipkan kelaminku kepadamu agar aku bisa berlari cepat ? Oke, jawab sang hewan raksasa tadi. Akhirnya, setelah kelaminnya dititipkan, semut pun mampu berlari kencang. Sedangkan hewan raksasa tadi masih mampu berlari namun tidak secepat tadi. Setelah sampai di dalam kapal, semut segera mencari tempat yang nyaman, begitu juga hewan raksasa tadi. Kelamin semut pun disimpannya di dalam rak yang tersedia.
Setelah hewan sedunia akhirnya masuk kapal Nabi Nuh, banjir pun tiba. Berbulan-bulan mereka terombang-ambing di atas lautan air bah. Semut pun sampai bosan di atas kapal, ingin segera mendarat. Akhirnya setelah air bah surut, kapal Nabi Nuh pun mendarat. Semut senangnya bukan kepalang melihat daratan, segera dia lari kencang menuju daratan segera setelah pintu kapal di buka. Saking senangnya, semut sampai lupa akan nasib kelaminnya yang dititipkan pada hewan raksasa tadi.
Sementara itu, hewan raksasa tadi segera mencari barang titipan semut yang tadi dititipkan padanya. Karena suasana dalam kapal gelap, dia mencari kelamin semut dengan cara mengendus-endus rak. Satu persatu barang di atas rak diciumi, ketika mendekatkan kelamin semut ke hidung, hewan raksasa itu pun masih sempat mengendusnya. Saking kuatnya sedotan ketika mengendus, kelamin semut pun melesat dan menempel di hidungnya. Celakanya, tidak bisa dicopot. Hewan raksasa itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya berharap kelamin semut copot dari hidungnya, namun tidak bisa. Segera hewan raksasa itu keluar kapal mencari semut. Apa daya, semut sudah berlari jauh entah kemana. Hewan raksasa itu pun lantas berlari sejauh-jauhnya, karena malu di wajahnya ada kelamin. Kelak hewan raksasa itu dinamakan gajah.
Sementara itu, semut yang sudah di antah berantah, baru tersadar kalau kelaminnya ketinggalan. Maka sejak saat itu, semut pun tiap bertemu dengan semut lain selalu berhenti dan saling bertanya, apa kelamin kita sudah ketemu ?
Itu adalah salah satu joke Mbah Wahab Chasbullah kala melobi para ulama Arab dalam rangka mengagalkan rencana pembongkaran makam Kanjeng Nabi Muhammad SAW oleh pemerintah Arab Saudi.
Oleh : Ustadz Fahmi Ali