Tabayyunews.com - Tak ada yang menyangkal besarnya manfaat membaca bagi anak-anak. Selain menambah wawasan, anak terbiasa dengan cara hidup literat. Mengambil pengetahuan baru dari teks. Namun, bagaimana sikap positif yang bisa terbentuk dari kebiasaan membaca perlu kiranya diketahui oleh guru dan orang tua.
Diantara sikap yang terbentuk dari kebiasaan membaca adalah melatih anak-anak bersabar. Sikap sabar tidak bisa diajarkan dengan ceramah namun membutuhkan banyak latihan dan rangsangan. Membaca membantu anak-anak berlatih bersabar. Tanpa kesabaran, pembaca akan kesulitan memaknai gagasan. Sedangkan memaknai gagasan kunci mengambil kesimpulan hasil membaca. Ketergasaan membaca menyebabkan hilangnya kesempatan merangkai gagasan demi gagasan sehingga membentuk kesimpulan yang utuh.
Anak-anak yang terbiasa membaca, akan bersabar membaca hingga akhir supaya informasi yang terkumpul menjadi lengkap. Jika anak-anak diminta untuk terburu-buru dalam membaca atau tidak diberi waktu yang cukup, mereka akan membiasakan diri membaca secara serampangan. Dan hasilnya anak-anak akan belajar mengambil kesimpulan dengan ceroboh.
Selain membentuk sikap sabar, membaca juga mengajak anak-anak telaten. Karena ketika membaca, tidak serta merta menemukan gagasan secara jelas. Terkadang gagasan tersembunyi di antara kata dan kalimat. Ketelatenan memungut ide-ide yang terserak dalam bacaan membuat anak-anak tekun mengumpulkan satu-demi satu menjadi bangunan gagasan yang utuh. Satu dua gagasan yang tertinggal menjadi kurang sempurna bangunan gagasan itu.
Yang kadang tidak disadari anak ketika membaca adalah sikap tekun yang tumbuh. Ketekunan diperlukan saat membaca. Dari huruf ke kata, lalu menjadi satu kalimat, kemudian beberapa paragraf. Usaha itu tidak seketika menemukan gagasan pokok dan penting yang disimpan dalam tulisan. Karena bacaan tidak menyediakan langsung pemahaman yang ingin dibentuk. Ketekunan diperlukan saat membaca.
Pun membaca memerlukan daya juang yang tinggi. Jika mudah menyerah biasanya bacaan akan sukar diselesaikan. Alhasil membaca tidak tuntas. Memulai membaca, hingga terus sampai akhir kalimat menumbuhkan sikap gigih pada anak-anak. Kebiasaan membaca boleh jadi menempa anak-anak untuk tidak cepat menyerah ketika menghadapi tantangan. Seperti godaan malas, merampungkan membaca, bacaan yang kurang menarik, atau memotivasi diri untuk mencari apa yang penting dalam bacaan.
Yang menarik dari kebiasaan membaca pada anak-anak yakni kesungguhan. Perhatikan mimik mereka ketika membaca. Terlihat sungguh-sungguh. Dan memang kesungguhan adanya. Bukan sesuatu yang dibuat-buat. Membaca membuat anak-anak bersungguh-sungguh. Keseriusan saat membaca muncul karena bacaan mengajak anak-anak berpikir tentang apa yang disampaikan penulis. Pikiran akan mencari sesuatu yang baru dan segar.
Jika ditelaah lebih lanjut, barangkali akan banyak lagi manfaat sikap dari membaca. Namun lima manfaat tadi setidaknya memberikan gambaran kepada orang tua dan guru bahwa membaca bukan sabatas memetik informasi. Namun, sikap yang jika melekat dalam diri anak menjadi karakter yang baik. Keuntungan ini bisa didapat jika membaca sebagai aktivitas yang direncanakan dan disengaja oleh guru dan orang tua.
Membaca sambil lalu dampaknya membuat anak kurang meresapi manfaat membaca bagi dirinya. Sebab itu, guru dan orang tua yang mempromosikan membaca pada anak agar mengetahui manfaat intrinsik dari membaca dan tidak mengabaikan kegiatan membaca sebagai aktivitas sambil lalu.
Perlu dicatat, manfaat ini akan terasa apabila frekuensi membacanya cukup sering. Jika jarang, maka jangan harap manfaat ini muncul dengan segera.
Oleh Eka Wardana
*) guru IPS dan PKn, penggerak komunitas Guru Belajar Bogor, pekerja literasi di KAGUM.
Diantara sikap yang terbentuk dari kebiasaan membaca adalah melatih anak-anak bersabar. Sikap sabar tidak bisa diajarkan dengan ceramah namun membutuhkan banyak latihan dan rangsangan. Membaca membantu anak-anak berlatih bersabar. Tanpa kesabaran, pembaca akan kesulitan memaknai gagasan. Sedangkan memaknai gagasan kunci mengambil kesimpulan hasil membaca. Ketergasaan membaca menyebabkan hilangnya kesempatan merangkai gagasan demi gagasan sehingga membentuk kesimpulan yang utuh.
Anak-anak yang terbiasa membaca, akan bersabar membaca hingga akhir supaya informasi yang terkumpul menjadi lengkap. Jika anak-anak diminta untuk terburu-buru dalam membaca atau tidak diberi waktu yang cukup, mereka akan membiasakan diri membaca secara serampangan. Dan hasilnya anak-anak akan belajar mengambil kesimpulan dengan ceroboh.
Selain membentuk sikap sabar, membaca juga mengajak anak-anak telaten. Karena ketika membaca, tidak serta merta menemukan gagasan secara jelas. Terkadang gagasan tersembunyi di antara kata dan kalimat. Ketelatenan memungut ide-ide yang terserak dalam bacaan membuat anak-anak tekun mengumpulkan satu-demi satu menjadi bangunan gagasan yang utuh. Satu dua gagasan yang tertinggal menjadi kurang sempurna bangunan gagasan itu.
Yang kadang tidak disadari anak ketika membaca adalah sikap tekun yang tumbuh. Ketekunan diperlukan saat membaca. Dari huruf ke kata, lalu menjadi satu kalimat, kemudian beberapa paragraf. Usaha itu tidak seketika menemukan gagasan pokok dan penting yang disimpan dalam tulisan. Karena bacaan tidak menyediakan langsung pemahaman yang ingin dibentuk. Ketekunan diperlukan saat membaca.
Pun membaca memerlukan daya juang yang tinggi. Jika mudah menyerah biasanya bacaan akan sukar diselesaikan. Alhasil membaca tidak tuntas. Memulai membaca, hingga terus sampai akhir kalimat menumbuhkan sikap gigih pada anak-anak. Kebiasaan membaca boleh jadi menempa anak-anak untuk tidak cepat menyerah ketika menghadapi tantangan. Seperti godaan malas, merampungkan membaca, bacaan yang kurang menarik, atau memotivasi diri untuk mencari apa yang penting dalam bacaan.
Yang menarik dari kebiasaan membaca pada anak-anak yakni kesungguhan. Perhatikan mimik mereka ketika membaca. Terlihat sungguh-sungguh. Dan memang kesungguhan adanya. Bukan sesuatu yang dibuat-buat. Membaca membuat anak-anak bersungguh-sungguh. Keseriusan saat membaca muncul karena bacaan mengajak anak-anak berpikir tentang apa yang disampaikan penulis. Pikiran akan mencari sesuatu yang baru dan segar.
Jika ditelaah lebih lanjut, barangkali akan banyak lagi manfaat sikap dari membaca. Namun lima manfaat tadi setidaknya memberikan gambaran kepada orang tua dan guru bahwa membaca bukan sabatas memetik informasi. Namun, sikap yang jika melekat dalam diri anak menjadi karakter yang baik. Keuntungan ini bisa didapat jika membaca sebagai aktivitas yang direncanakan dan disengaja oleh guru dan orang tua.
Membaca sambil lalu dampaknya membuat anak kurang meresapi manfaat membaca bagi dirinya. Sebab itu, guru dan orang tua yang mempromosikan membaca pada anak agar mengetahui manfaat intrinsik dari membaca dan tidak mengabaikan kegiatan membaca sebagai aktivitas sambil lalu.
Perlu dicatat, manfaat ini akan terasa apabila frekuensi membacanya cukup sering. Jika jarang, maka jangan harap manfaat ini muncul dengan segera.
Oleh Eka Wardana
*) guru IPS dan PKn, penggerak komunitas Guru Belajar Bogor, pekerja literasi di KAGUM.