Tabayyunews.com - Di sebuah desa di Temanggung Jawa Tengah, ada seorang kepala desa muda Singgih Hartono, dia membuat sebuah gerakan yang dinamai "Spedagi Movement". Gerakan revitalisasi desa melalui Hand Made Sepeda Bambu dan Radio Kayu. Dua benda yang sekarang ini sudah mereka eksport ke seluruh asia dan eropa.
Sepeda Bambu dan Radio Kayu bukan hanya sebuah produk, melainkan sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat melalui revitalisasi dan inovasi desa. Mengembalikan wajah desa yang tenang dan penuh dinamika sosial, ekonomi dan kebudayaan.
Sepeda, radio, bambu dam kayu adalah simbolisme kemiskinan, simbolisme kultural yang ingin menjawab sebetulnya darimana perubahan dimulai.
Singgih mengajak masyarakat untuk percaya pada kekuatannya dirinya sendiri. Dengan sumberdaya yang ada di desa, masyarakat diajaknya membuat sesuatu yang bagus dan bisa menghasilkan keuntungan-keuntungan secara ekonomis.
Dari Spedagi Movement, desa ini sekarang berkembang menjadi desa wisata secara sendirinya. Banyak orang berdatangan dan menikmati suasana desa, ia mengajak masyarakat mulai membangun homestay-homestay sederhana, berinovasi membuat produk-produk Handycraft dan melembagakan potensi-potensi kreatif anak-anak muda.
Untuk mensinergikan dan menggali gagasan warganya, Singgih menyulap tempat pembuangan sampah menjadi ruang perjumpaan rakyat yang ia namai Pasar Papringan. Di pasar itu, masyarakat bertemu dan berkolaborasi, berjualan dan memacu ide dan kreatifitasnya, bahkan saat ini tempat itu telah menjadi ruang besar sentra ekonomi pedesaaan, uang berputar setiap hari dan manfaatnya untuk masyarakat.
Ia juga membuat program Bike Tour mengajak para wisatawan berkeliling desa dan menikmati panorama desa dengan segala aktifitas warganya. Darisana terbuka peluang kerja baru, penyewaan sepeda bambu.
Uniknya, selain diajak keliling menikmati panorama desa, singgih juga mengajak berwisata ke kuburan. Kuburan menurut singgih adalah tempat dimana para wisatawan bisa mempelajari hidup, kuburan adalah tempat Recycle terakhir kehidupan manusia. Bambu yang biasa di tanami disekitar kuburan bukan hanya karena bambu biasa digunakan dalam prosesi penguburan, tetapi lebih dari itu, bambu adalah inspirasi kehidupan, mahkluk yang sangat dekat dengan manusia dan bisa dimanfaatkan untuk apa saja termasuk disulap menjadi sepeda.
Bagi Singgih, "Sepedagi Movement" adalah unggahan keresahan yang berubah menjadi gerakan kebudayaan. Disaat populasi penduduk, kemajuan ekonomi, sosial dan budaya di kota dan desa tidak seimbang maka harus segera diseimbangkan.
Menuju post industri, maka dunia hanya berharap pada desa untuk membangun karya-karya besar yang yang dijamin sustainabilitynya. Untuk itu, desa direvitalitalisasi, dibangun fondasinya kembali, digerakkan sumberdayanya karena sekali lagi masa depan dunia saat ini ada pada desa. Maka "jangan pernah membangun jalan kembali ke kota" Ajaknya. Semoga ini menjadi inspirasi dan memotivasi kita semua mencintai desa dan segala keunikannya.
#IkatMaknaPerubahan
Sepeda Bambu dan Radio Kayu bukan hanya sebuah produk, melainkan sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat melalui revitalisasi dan inovasi desa. Mengembalikan wajah desa yang tenang dan penuh dinamika sosial, ekonomi dan kebudayaan.
Sepeda, radio, bambu dam kayu adalah simbolisme kemiskinan, simbolisme kultural yang ingin menjawab sebetulnya darimana perubahan dimulai.
Singgih mengajak masyarakat untuk percaya pada kekuatannya dirinya sendiri. Dengan sumberdaya yang ada di desa, masyarakat diajaknya membuat sesuatu yang bagus dan bisa menghasilkan keuntungan-keuntungan secara ekonomis.
Dari Spedagi Movement, desa ini sekarang berkembang menjadi desa wisata secara sendirinya. Banyak orang berdatangan dan menikmati suasana desa, ia mengajak masyarakat mulai membangun homestay-homestay sederhana, berinovasi membuat produk-produk Handycraft dan melembagakan potensi-potensi kreatif anak-anak muda.
Untuk mensinergikan dan menggali gagasan warganya, Singgih menyulap tempat pembuangan sampah menjadi ruang perjumpaan rakyat yang ia namai Pasar Papringan. Di pasar itu, masyarakat bertemu dan berkolaborasi, berjualan dan memacu ide dan kreatifitasnya, bahkan saat ini tempat itu telah menjadi ruang besar sentra ekonomi pedesaaan, uang berputar setiap hari dan manfaatnya untuk masyarakat.
Ia juga membuat program Bike Tour mengajak para wisatawan berkeliling desa dan menikmati panorama desa dengan segala aktifitas warganya. Darisana terbuka peluang kerja baru, penyewaan sepeda bambu.
Uniknya, selain diajak keliling menikmati panorama desa, singgih juga mengajak berwisata ke kuburan. Kuburan menurut singgih adalah tempat dimana para wisatawan bisa mempelajari hidup, kuburan adalah tempat Recycle terakhir kehidupan manusia. Bambu yang biasa di tanami disekitar kuburan bukan hanya karena bambu biasa digunakan dalam prosesi penguburan, tetapi lebih dari itu, bambu adalah inspirasi kehidupan, mahkluk yang sangat dekat dengan manusia dan bisa dimanfaatkan untuk apa saja termasuk disulap menjadi sepeda.
Bagi Singgih, "Sepedagi Movement" adalah unggahan keresahan yang berubah menjadi gerakan kebudayaan. Disaat populasi penduduk, kemajuan ekonomi, sosial dan budaya di kota dan desa tidak seimbang maka harus segera diseimbangkan.
Menuju post industri, maka dunia hanya berharap pada desa untuk membangun karya-karya besar yang yang dijamin sustainabilitynya. Untuk itu, desa direvitalitalisasi, dibangun fondasinya kembali, digerakkan sumberdayanya karena sekali lagi masa depan dunia saat ini ada pada desa. Maka "jangan pernah membangun jalan kembali ke kota" Ajaknya. Semoga ini menjadi inspirasi dan memotivasi kita semua mencintai desa dan segala keunikannya.
#IkatMaknaPerubahan
AHMAD JUMAILI
Ketua KM Tabayyun Janapria