MATARAM-TabayyuNews- Di era tahun 80an kita tentu pernah mendengar istilah “Kontak Tani” atau “Sambung Rasa” yang ditayangkan TVRI Nasional dan dimeriahkan sejumlah orang dari berbagai daerah di Nusantara. Acara tersebut cukup menyita perhatian masyarakat yang kemudian dikenal dengan nama Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pirsawan). Mereka berkelompok dengan tujuan menyebarkan informasi di desa. Diera digital saat ini juga ada kelompok penyebar informasi yang sudah tersebar di NTB. Mereka adalah duta-duta informasi yang turut membantu mencerdaskan masyarakat di lingkungan mereka.
TENTU pula namanya bukan lagi Kelompencapir. Namun semangatnya bisa dibilang tetap sama, yakni menyebarkan informasi kepada masyarakat luas. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuat cara penyampaian informasi jadi sangat berbeda jauh.
Maka, kalaupun sekarang ada lagi kelompok yang semangatnya serupa kelompencapir, tentu saja namanya jadi Kelompencapir digital. Sebab internet sebagai platform penyebaran informasi sudah semakin maju dan kian mudah dijangkau warga.
Kelompok seperti Kelompencapir inilah yang sejak lama bekerja bersama Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Provinsi NTB. Yaitu Kampung Media NTB.
Salah satu kegiatan Kampung Media dalam menyebarkan informasi adalah “Sambung Rasa Online.” Sejumlah komuntias yang tergabung dalam Kampung Media NTB berbagi informasi secara online. Baik melalui jaringan internet maupun lewat siaran langsung di radio seperti yang baru-baru ini dilaksanakan di Global FM.
Dari 40 Komunitas Kampung Media di NTB, yang mewakili hanya 10 Komunitas saja. Hal ini lebih disebabkan keterbatasan waktu yang tersedia di Radio. “Insyaallah Usai Lebaran akan digelar kembali dengan Komunitas yang berbeda.” tegas Darwati, Kepala Balai Pelayanan Informasi Publik Dishubkominfo NTB.
Sambung Rasa ini dimaksudkan lanjut Darwati, untuk melatih masyarakat ramah dengan tehnologi serta terbiasa berdiskusi dalam waktu yang terbatas sehingga setiap peserta dapat memanfaatkan waktu dengan efektip. “Dengan waktu yang terbatas, mereka akan terlatih berdiskusi dengan efektif.” tegasnya.
Tehnik yang digunakan adalah, setiap komunitas di daerah masing-masing menggunakan perangkat Komputer yang telah tersambung dengan internet untuk kemudian mendengarkan Radio Global melalui audio streaming yang terdapat di website. Kecuali Mataram dan Lombok Barat berada di studio. Dengan durasi 60 detik, kesepuluh anggota komunitas saling berkomunikasi bertukar pengalaman dalam menjalankan kegiatan penyebaran informasi di daerahnya.
Di Mataram, komunitas Kampung Media Portal yang berlokasi di Lingkungan Presak Timur, Kelurahan Pagutan, Kota Mataram, sudah beraktivitas sejak 2008 lalu. Selain memanfaatkan internet untuk keperluan pendidikan dan lainnya, Portal juga kerap menyelenggarakan kegaiatan offline di tengah-tengah warga.
Terkait efek negatif internet, Rustam Efendi Ketua Portal mengatakan komunitas itu mewajibkan penggunanya memasang web-protector. “Disamping itu ada beberapa situs yang kami blokir agar tidak disalahgunakan,” jelas Rustam Efendi.
Dia menyampaikan hal itu dalam dialog interaktif “Sambung Rasa Online” yang diikuti semua komunitas Kampung Media se NTB. Hampir mirip dengan kelompencapir, bukan? Apalagi Kampung Media NTB juga memiliki tenaga motivator informasi. Kalau yang ini hampir sama dengan Juru Penerang (Jupen) yang juga populer di era tahun 80-an itu.
Bedanya, jelas Darwati, Jupen yang di masa lalu itu berasal dari pemerintah. “Kalu tenaga motivator informasi ini muncul dari masyarakat. Muncul dari komunitas-komunitas Kampung Media yang sudah terbentuk,” jelasnya.
Sementara untuk Kampung Media Gunung Sasak, Kuripan. Menurut Ketuanya, HL Harta Muhardi, terbentuk pada tahun 2004 yang dipelopori oleh pemuda Desa Kuripan. “Sebulan sekali kami membuat buletin yang isinya tentang Kuripan. Kemudian pada 2010, kami bergabung dengan Kampung Media,” jelasnya.
Dalam “Sambung Rasa Online” yang diikuti pula komunitas di Pulau Sumbawa itu, Safriatna Ach, dari Komunitas Kampung Media Rumah Solud Komunitas Kota Bima menambahkan, awalnya komunitas yang dibinanya adalah sebuah komunitas pemberdayaan yang selama ini medianya hanya berupa majalah dinding.
Namun, saat ini mulai memanfaatkan media internet. Masyarakat merasa bangga karena hasil karya mereka bisa dibaca oleh pihak luar. “Hal inipun menggugah minat masyarakat untuk belajar menulis yang baik dan benar,” ujarnya.
Sementara, Junaidin dalam Sambung Rasa itu menambahkan, Komunitas Kampung Media Jompa Kabupaten Bima, merupakan Kampung Media pelopor di Kabupaten Bima. “Kampung Media pertama kali dibentuk oleh Dishubkominfo sekitar Juli 2009 lalu. Anggotanya direkrut melalui seleksi,” sebutnya.
Komunitas Kampung Media Manggalewa di Dompu yang dikomandoi Taufik dalam dialog interaktif itu menjelaskan, keberadaan Kampung Media di Dompu mendapat tanggapan positif dari masyarakat sekitar.
Komunitas Kampung Media Gempar, di Kabupaten Sumbawa menurut Zulkifli, dibentuk 18 November 2009 lalu. “Saat ini anggota Kampung Media kami sudah sangat ramah dengan IT. Keberadaan Kampung Media sangat membantu masyarakat bahkan kami sudah menjalin kerjasama dengan beberapa SMU,” ujarnya bangga.
Sementara komunitas Kampung Media Instan Pototano di Sumbawa Barat, didirikan tanggal 10 Desember 2010. Komunitas ini menurut Mashuri, terus memberitakan hal-hal yang berhubungan dengan Pototano. “Kami juga sering memberikan masyarakat pengetahuan tentang kesehatan seperti bermacam tips dan info kesehatan lainnya,” katanya.
Komunitas Kampung Media KRENS di Kabupaten Lombok Timur, menurut M Amin ketuanya, KRENS singkatan dari Komunitas Rensing. Banyak masyarakat yang mulai memanfaatkan fasilitas internet yang kami miliki terutama ketika adanya Pusat Layanan Informasi Kecamatana (PLIK) yang merupakan bantuan pusat.
Di Kabupaten Lombok Tengah, Komunitas Kampung Media Berugak Desa dibentuk pertengahan Desember 2010. Menurut L Kartala dalam “Sambung Rasa Online” itu mengatakan, masyarakat antusias menyambut keberadaan Kampung Media ini. “Dimana pemberitaan tentang desa kami jarang bahkan tidak pernah mendapat sorotan dari pemerintah daerah. Namun setelah adanya Kampung Media banyak informasi desa terekspose oleh pemerintah daerah,” ujar L Kartala.
Toni Iswanto dari komunitas Kampung Media Kampung Balengku di Kabupaten Lombok Utara, memanfaatkan untuk menyebarkan pariwisata tiga gili. “Kami lebih banyak mengekspose keindahan wisata tiga gili,” katanya bangga.
Sekilas memang belum maksimal, namun dengan kegiatan ini anggota komunitas yang tersebar di wilayah NTB dapat terus mengkomunikasikan gagasan dan idenya dengan memanfaatkan tehologi yang tersedia. [SUARA NTB]
TENTU pula namanya bukan lagi Kelompencapir. Namun semangatnya bisa dibilang tetap sama, yakni menyebarkan informasi kepada masyarakat luas. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuat cara penyampaian informasi jadi sangat berbeda jauh.
Maka, kalaupun sekarang ada lagi kelompok yang semangatnya serupa kelompencapir, tentu saja namanya jadi Kelompencapir digital. Sebab internet sebagai platform penyebaran informasi sudah semakin maju dan kian mudah dijangkau warga.
Kelompok seperti Kelompencapir inilah yang sejak lama bekerja bersama Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Provinsi NTB. Yaitu Kampung Media NTB.
Salah satu kegiatan Kampung Media dalam menyebarkan informasi adalah “Sambung Rasa Online.” Sejumlah komuntias yang tergabung dalam Kampung Media NTB berbagi informasi secara online. Baik melalui jaringan internet maupun lewat siaran langsung di radio seperti yang baru-baru ini dilaksanakan di Global FM.
Dari 40 Komunitas Kampung Media di NTB, yang mewakili hanya 10 Komunitas saja. Hal ini lebih disebabkan keterbatasan waktu yang tersedia di Radio. “Insyaallah Usai Lebaran akan digelar kembali dengan Komunitas yang berbeda.” tegas Darwati, Kepala Balai Pelayanan Informasi Publik Dishubkominfo NTB.
Sambung Rasa ini dimaksudkan lanjut Darwati, untuk melatih masyarakat ramah dengan tehnologi serta terbiasa berdiskusi dalam waktu yang terbatas sehingga setiap peserta dapat memanfaatkan waktu dengan efektip. “Dengan waktu yang terbatas, mereka akan terlatih berdiskusi dengan efektif.” tegasnya.
Tehnik yang digunakan adalah, setiap komunitas di daerah masing-masing menggunakan perangkat Komputer yang telah tersambung dengan internet untuk kemudian mendengarkan Radio Global melalui audio streaming yang terdapat di website. Kecuali Mataram dan Lombok Barat berada di studio. Dengan durasi 60 detik, kesepuluh anggota komunitas saling berkomunikasi bertukar pengalaman dalam menjalankan kegiatan penyebaran informasi di daerahnya.
Di Mataram, komunitas Kampung Media Portal yang berlokasi di Lingkungan Presak Timur, Kelurahan Pagutan, Kota Mataram, sudah beraktivitas sejak 2008 lalu. Selain memanfaatkan internet untuk keperluan pendidikan dan lainnya, Portal juga kerap menyelenggarakan kegaiatan offline di tengah-tengah warga.
Terkait efek negatif internet, Rustam Efendi Ketua Portal mengatakan komunitas itu mewajibkan penggunanya memasang web-protector. “Disamping itu ada beberapa situs yang kami blokir agar tidak disalahgunakan,” jelas Rustam Efendi.
Dia menyampaikan hal itu dalam dialog interaktif “Sambung Rasa Online” yang diikuti semua komunitas Kampung Media se NTB. Hampir mirip dengan kelompencapir, bukan? Apalagi Kampung Media NTB juga memiliki tenaga motivator informasi. Kalau yang ini hampir sama dengan Juru Penerang (Jupen) yang juga populer di era tahun 80-an itu.
Bedanya, jelas Darwati, Jupen yang di masa lalu itu berasal dari pemerintah. “Kalu tenaga motivator informasi ini muncul dari masyarakat. Muncul dari komunitas-komunitas Kampung Media yang sudah terbentuk,” jelasnya.
Sementara untuk Kampung Media Gunung Sasak, Kuripan. Menurut Ketuanya, HL Harta Muhardi, terbentuk pada tahun 2004 yang dipelopori oleh pemuda Desa Kuripan. “Sebulan sekali kami membuat buletin yang isinya tentang Kuripan. Kemudian pada 2010, kami bergabung dengan Kampung Media,” jelasnya.
Dalam “Sambung Rasa Online” yang diikuti pula komunitas di Pulau Sumbawa itu, Safriatna Ach, dari Komunitas Kampung Media Rumah Solud Komunitas Kota Bima menambahkan, awalnya komunitas yang dibinanya adalah sebuah komunitas pemberdayaan yang selama ini medianya hanya berupa majalah dinding.
Namun, saat ini mulai memanfaatkan media internet. Masyarakat merasa bangga karena hasil karya mereka bisa dibaca oleh pihak luar. “Hal inipun menggugah minat masyarakat untuk belajar menulis yang baik dan benar,” ujarnya.
Sementara, Junaidin dalam Sambung Rasa itu menambahkan, Komunitas Kampung Media Jompa Kabupaten Bima, merupakan Kampung Media pelopor di Kabupaten Bima. “Kampung Media pertama kali dibentuk oleh Dishubkominfo sekitar Juli 2009 lalu. Anggotanya direkrut melalui seleksi,” sebutnya.
Komunitas Kampung Media Manggalewa di Dompu yang dikomandoi Taufik dalam dialog interaktif itu menjelaskan, keberadaan Kampung Media di Dompu mendapat tanggapan positif dari masyarakat sekitar.
Komunitas Kampung Media Gempar, di Kabupaten Sumbawa menurut Zulkifli, dibentuk 18 November 2009 lalu. “Saat ini anggota Kampung Media kami sudah sangat ramah dengan IT. Keberadaan Kampung Media sangat membantu masyarakat bahkan kami sudah menjalin kerjasama dengan beberapa SMU,” ujarnya bangga.
Sementara komunitas Kampung Media Instan Pototano di Sumbawa Barat, didirikan tanggal 10 Desember 2010. Komunitas ini menurut Mashuri, terus memberitakan hal-hal yang berhubungan dengan Pototano. “Kami juga sering memberikan masyarakat pengetahuan tentang kesehatan seperti bermacam tips dan info kesehatan lainnya,” katanya.
Komunitas Kampung Media KRENS di Kabupaten Lombok Timur, menurut M Amin ketuanya, KRENS singkatan dari Komunitas Rensing. Banyak masyarakat yang mulai memanfaatkan fasilitas internet yang kami miliki terutama ketika adanya Pusat Layanan Informasi Kecamatana (PLIK) yang merupakan bantuan pusat.
Di Kabupaten Lombok Tengah, Komunitas Kampung Media Berugak Desa dibentuk pertengahan Desember 2010. Menurut L Kartala dalam “Sambung Rasa Online” itu mengatakan, masyarakat antusias menyambut keberadaan Kampung Media ini. “Dimana pemberitaan tentang desa kami jarang bahkan tidak pernah mendapat sorotan dari pemerintah daerah. Namun setelah adanya Kampung Media banyak informasi desa terekspose oleh pemerintah daerah,” ujar L Kartala.
Toni Iswanto dari komunitas Kampung Media Kampung Balengku di Kabupaten Lombok Utara, memanfaatkan untuk menyebarkan pariwisata tiga gili. “Kami lebih banyak mengekspose keindahan wisata tiga gili,” katanya bangga.
Sekilas memang belum maksimal, namun dengan kegiatan ini anggota komunitas yang tersebar di wilayah NTB dapat terus mengkomunikasikan gagasan dan idenya dengan memanfaatkan tehologi yang tersedia. [SUARA NTB]