Hasil produksi kerajinan ketak dan rotan di Janapria dan beleka selama ini ternyata sering diklaim para pengusaha asal Bali. Hal ini dikatakan Nurudin, salah seorang pengerajin sekaligus pemerhati ketak dan Rotan di Kecamatan Janapria, Lombok Tengah pada Sabtu (12/5).
Nuruddin yang lama menjadi Gaet (Red. Guide) di Pulau Bali tersebut, menceritakan, beberapa waktu yang lalu, ia berkesempatan mengikuti salah seorang pengusaha kerajian asal Bali yang biasa membawa kerajinan dari Pulau Lombok. Dalam kesempatan itu, ia melihat langsung, ternyata barang-barang kerajinan Asal Lombok tersebut dijual dengan harga yang cukup mahal disana sementara di Pulau Lombok mereka beli dengan harga yang sangat murah.
Ia juga menyangkan sikap pemerintah yang selama ini sering menjunjung-junjung tinggi pengerajin namun ternayata dibawah pemerintah tidak punya aksi apa-apa, malah membiarkan pengerajin mendistribusikan sendiri hasil kerajinannya dengan murah.
Menurutnya, pemerintah NTB khususnya Pemerintah Lombok Tengah harusnya membaca persoalan ini dan segera melakukukan langkah-langkah positif agar produksi kerajinan ini bisa diakomodir oleh pengusaha-pengusaha lokal dan bisa dihargai lebih mahal dan pantas.
Nuruddin yang lama menjadi Gaet (Red. Guide) di Pulau Bali tersebut, menceritakan, beberapa waktu yang lalu, ia berkesempatan mengikuti salah seorang pengusaha kerajian asal Bali yang biasa membawa kerajinan dari Pulau Lombok. Dalam kesempatan itu, ia melihat langsung, ternyata barang-barang kerajinan Asal Lombok tersebut dijual dengan harga yang cukup mahal disana sementara di Pulau Lombok mereka beli dengan harga yang sangat murah.
“Jika begini terus keadaanya, saya kira akan sulit bagi pengerajin di Lombok khususnya di Janapria dan Beleka bisa mandiri dan maju” Ungkapnya prihatin.Menurutnya, atas kondisi ini, pengerajin telah dirugikan dalam dua bentuk, pertama harga yang tidak sesuai dan kedua Sebagai sebuah karya seni, sikap klaim daerah lain ini berarti pengebirian hak cipta masyarakat.
“Klaim sebuah daerah terhadap karya seni masyarakat ini adalah pengebirian hak cipta dan ini harus menjadi keprihatinan kita bersama, masak kita yang bikin mereka yang akui itu hasil kerajinan mereka” Kata Nuruddin dengan nada tinggi.
Ia juga menyangkan sikap pemerintah yang selama ini sering menjunjung-junjung tinggi pengerajin namun ternayata dibawah pemerintah tidak punya aksi apa-apa, malah membiarkan pengerajin mendistribusikan sendiri hasil kerajinannya dengan murah.
Menurutnya, pemerintah NTB khususnya Pemerintah Lombok Tengah harusnya membaca persoalan ini dan segera melakukukan langkah-langkah positif agar produksi kerajinan ini bisa diakomodir oleh pengusaha-pengusaha lokal dan bisa dihargai lebih mahal dan pantas.
“Saya berharap, pemerintah bisa memperhatikan hal ini, bahkan kalo bisa, kerajinan-kerajinan ini dicarikan ijin atau hak cipta, supaya masyarakat tidak khawatir lagi karyanya ditiru masyarakat luar daerah. Jika ini dibiarkan saja, saya berani bilang pemerintah sudah tak peduli kami” tambahnya.[AJ/TabayyuNews]