Siapa yang tak kenal Songket Sukarare? Selama ini, ,jika
kita berbicara kerajinan tenun asal Lombok ini, kita sering mengacu ke desa tersebut.
Tapi tahukah anda, sebelum kerajinan Songket menjadi usaha warga desa di sana, songket
lombok lebih dulu dikenalkan dari Dusun Gantar Desa Ganti Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah. Hal ini dikatakan Amak Ati, Tokoh pengerajin Songket di dusun
tersebut.
Menurut cerita lelaki berumur 75 tahun ini, kerajinan
Songket di Dusun Gantar Desa Ganti Kecamatan Praya Timur ini sudah berlangsung
turun temurun. Bahkan, Menurut Amak Ati, tahun-tahun 80-an masih banyak warga Sukarare
yang belajar membuat Songket di Dusun ini.
Perihal asal muasal songket, Amak Ati berkisah, tahun
1970-an, ada seorang asal bali berketurunan India yang dibawa warga ke dusun tersebut
dan mengenalkan kerajinan songket kepada warga.
“Kalo songket asli yang dulu nak, dibuat dengan bahan sutera
dan mas, suteranya dibawa dari Arab dan Emasnya dibawa dari India” Katanya.
Dusun Gantar termasuk dusun yang dulunya memproduksi songket
sangat besar. Bahkan Bali sering memesan orderan dari warga. Namun, seiring
waktu dan tak adanya generasi yang suka dengan pekerjaan ini, menenun songket mulai
ditinggalkan.
“Dulu, hamper semua warga menenun songket, tapi karena
generasi kita tidak ada, sekarang menenun ini sudah banyak yang
meningggalkannya” Kata Amak Ati.
Saat ini, di Dusun Gantar terdapat sejumlah warga yang masih
memelihara tradisi menenun Songket ini. Amak Ati tak segan-segan mengajarkan
keahlian ini terhadap generasi muda yang mau belajar.
Inak Efa (35) dan Murdimah (27), dua warga yang mengaku murid
Amak Ati saat ini sedang memulai usaha songket ini.
“Kalo saya , mulai belajar tahun 2010 lalu, kalo teman saya
ini kemarin-kemarin” kata Inak Efa sambil menunjuk Murdimah rekannya.
Menurut Inak Efa, pekerjaan menenenun songket bukan
pekerjaan yang ringan, butuh ketelitian dan insting seni untuk
mengerjakannya. Beberapa motif songket
yang buatnya antara lain, keker, pakerot dan trudak.
“Motif-motif seperti ini yang banyak digemari” katanya.
Kesulitan yang dialaminya masih klasik, soal modal usaha
yang minim. “Untuk berhasil memproduksi skala besar kami belum bisa, disamping
karena tenaga juga karena modal” Katanya menjelaskan.
Menurutnya, jika ada modal usaha, Inak Efa akan
mengembangkan songket ini dan membuat pelatihan untuk warga. Tradisi ini tidak
boleh mati, karena ini turun temurun dan sudah menjadi tradisi nenek moyang”
Katanya sembari menitip pesan agar diperhatikan pemerintah.[Mastar-Tabayyun]