Jika dulu, anda yang bepergian dari Lombok Barat ke Lombok timur bisa menempuh perjalanan 30 sampai 60 menit saja, saat ini jangan harap begitu. Setidaknya saat ini anda harus menempuh perjalanan Mataram-Lombok Timur tak kurang dari 2-3 jam bahkan lebih. Apa penyebabnya? penyebabnya adalah Kecimon! ya sebuah nama untuk kesenian tradisional Lombok yang dimanfaatkan warga sebagai pengiring pengantin dalam acara nyongkolan.
Kecimol terhitung kesenian baru karena baru populer sekitar tahun 2004 dimana terjadi infiltrasi urban masyarakat sasak yang membawa simbol-simbol seni modern dalam wajah kesenian sasak.
Kecimon konon berasal dari singkatan "Kesenian Cikar dan Montor". Dinamakan demikian karena kesenian ini membawa beragam peralatan kesenian seperti perkusi, gitar dan bass lengkap dengan sound system-nya diatas dokar tak beratap dan menggunakan ban mobil sebagai rodanya.
Tapi ada juga yang bilang, Kecimon ini singkatan dari kata-kata "Kelalah cikar Montor" yang bahasa indonesianya, mengalangi jalannya kendaraan bermotor yang ada di jalan raya. Namun, tampaknya, pendapat yang kedua inilah yang lebih tepat mendeskripsikan kecimon itu saat ini.
Kejadian jalanan macet karena iring-iring pengantin dan kecimon ini nyaris menjadi pemandangan sehari-hari.
Supardi, seorang sopir bus engkel rute Lombok Timur-Mataram yang kebetulan rumahnya bersebelahan desa dengan Tabayyun mengungkapkan, kejadian macet ini sering ia temui dijalanan terutama hari Sabtu dan Minggu.
"Sabtu-minggu kecimonnya banyak sekali mas, bisa 2 sampai 5 kecimon, sehingga kita macet hingga berjam-jam" katanya.
Supardi menambahkan, ia sering melihat sopir dan pengguna jalan kesal karena kejadian tersebut.
"Bahkan sering saya temui mobil ambulan yang bawa orang sakit gak bisa lewat, kan sangat kasian itu" ceritanya.
Namun begitu, Supardi tidak menyalahkan warga yang menggunaka jasa kecimon ketika nyongkolan seperti ini. kecimon di tengah jalan
menyayangkan pihak keamanan yang tidak aktif menertibkan kecimon yang sering mengganggu lalu lintas ini. Menurutnya, harusnya keluarga yang menyewa pengantin seharuusnya melapor ke Polisi agar mendapat pengawalan sehingga kemacetan dapat dihindari.
Kecimol terhitung kesenian baru karena baru populer sekitar tahun 2004 dimana terjadi infiltrasi urban masyarakat sasak yang membawa simbol-simbol seni modern dalam wajah kesenian sasak.
Kecimon konon berasal dari singkatan "Kesenian Cikar dan Montor". Dinamakan demikian karena kesenian ini membawa beragam peralatan kesenian seperti perkusi, gitar dan bass lengkap dengan sound system-nya diatas dokar tak beratap dan menggunakan ban mobil sebagai rodanya.
Tapi ada juga yang bilang, Kecimon ini singkatan dari kata-kata "Kelalah cikar Montor" yang bahasa indonesianya, mengalangi jalannya kendaraan bermotor yang ada di jalan raya. Namun, tampaknya, pendapat yang kedua inilah yang lebih tepat mendeskripsikan kecimon itu saat ini.
Kejadian jalanan macet karena iring-iring pengantin dan kecimon ini nyaris menjadi pemandangan sehari-hari.
Supardi, seorang sopir bus engkel rute Lombok Timur-Mataram yang kebetulan rumahnya bersebelahan desa dengan Tabayyun mengungkapkan, kejadian macet ini sering ia temui dijalanan terutama hari Sabtu dan Minggu.
"Sabtu-minggu kecimonnya banyak sekali mas, bisa 2 sampai 5 kecimon, sehingga kita macet hingga berjam-jam" katanya.
Supardi menambahkan, ia sering melihat sopir dan pengguna jalan kesal karena kejadian tersebut.
"Bahkan sering saya temui mobil ambulan yang bawa orang sakit gak bisa lewat, kan sangat kasian itu" ceritanya.
Namun begitu, Supardi tidak menyalahkan warga yang menggunaka jasa kecimon ketika nyongkolan seperti ini. kecimon di tengah jalan
menyayangkan pihak keamanan yang tidak aktif menertibkan kecimon yang sering mengganggu lalu lintas ini. Menurutnya, harusnya keluarga yang menyewa pengantin seharuusnya melapor ke Polisi agar mendapat pengawalan sehingga kemacetan dapat dihindari.