Tabayyunews.com - Berani banting stir, bukanlah pilihan mudah. Namun tidak bagi Muhammad Azwar Fuadi. Pemuda yang kini berusia 26 tahun ini, lebih memilih sebagai pengusaha dibandingkan menjadi guru sesuai dengan jurusannya saat kuliah.
Sosok Muhammad Azwar Fuadi, layak dijadikan inspirasi bagi kaum muda NTB. Pemuda asal Mispalah, Praya, Lombok Tengah ini berhasil menemukan sebuah obat atau pupuk yang harganya terjangkau. Namun berbicara kualitas, pupuk yang diciptakannya mampu bersaing dengan produk luar daerah maupun luar negeri.
Menjadi seorang penemu di bidang pertanian, bukanlah hal mudah. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa mendapatkan formulasi terbaik. Harus berkali-kali melakukan penelitian ulang. Orang yang bisa bersikap sabar dan memiliki kepribadian ulet saja bisa konsisten dengan semua itu.
Seorang Azwar, panggilan akrab Muhamamd Azwar Fuadi, saat dihubungi Radar Lombok sedang berada di Bali mengikuti acara Asian Productivity Organization (APO). Sebuah organisasi yang isinya para pengusaha negara-negara Asia. Azwar menjadi peserta.
Azwar bukanlah orang yang fokus mempelajari ilmu-ilmu biologi ataupun kimia. Tapi, ia hanyalah lulusan sarjana Bahasa Inggris di STKIP Hamzanwadi yang sekarang menjadi Universitas Hamzanwadi. “Saya sih jurusan bahasa Inggris waktu kuliah,” ujarnya mulai bercerita.
Lahir dari ayah seorang insinyur pertanian, membuat Azwar akrab dengan bidang pertanian. Hal itulah yang membuatnya sempat tidak melanjutkan pendidikan paska lulus dari Madrasah Aliyah Keterampilan (MAK) Pancor. Azwar lebih memilih fokus melakukan penelitian-penelitian untuk bisa membantu petani.
Melihat tingginya biaya membeli pupuk, Azwar ingin bisa membantu masyarakat. Harus ada sebuah pupuk yang harganya terjangkau namun kualitasnya tidak jauh berbeda dengan pupuk kimia. “Sudah harganya mahal, pupuk kimia juga bisa merusak struktur tanah dan kesuburan lingkungan terganggu,” kata pria kelahiran 30 Juli 1991 ini.
Itulah yang membuatnya memilih untuk tidak kuliah setelah lulus Aliyah pada tahun 2009. Azwar terus melakukan penelitian bagaimana menciptakan pupuk bertekhnologi. Setelah berkali-kali melakukan penelitian dan inovasi, ditemukanlah sebuah obat atau pupuk yang kemudian diberi nama Bio Azwar Tekhnologi.
Pupuk yang ditemukan bisa memperbaiki struktur tanah, memeprcepat pertumbuhan tanaman pegetatif maupun generatif. “Tapi waktu itu belum ada kelebihan luar biasa, karena banyak juga yang menjual produk seperti itu,” ucap anak dari pasangan H Azhar dan Hj Juhaeriah ini.
Ibunya yang seorang guru, tentu menginginkan sang anak melanjutkan pendidikannya. Padahal, Azwar sendiri ingin menyempurnakan temuannya untuk bisa dijual dan membantu masyarakat. Akhirnya pada tahun 2011, Azwar Fuadi masuk STKIP Hamzanwadi mengambil jurusan Bahasa Inggris.
Pendidikan bagi Azwar, untuk bekal hidupnya. Mampu mendidik diri dalam menjalani kehidupan. Hal itu pula yang membuatnya mengambil jurusan bahasa Inggris, untuk bisa melanggeng ke seluruh dunia. “Hobi saya bertani, tapi saya ambil bahasa Inggris karena bahasa dunia,” ucap alumnus MTs NW Pancor ini.
Meski telah kuliah, Azwar tidak meninggalkan hobi dan cita-citanya. Penelitian terus dilakukan, temuannya harus bisa lebih baik dan sempurna lagi. Bahan dasar dalam pembuatan pupuk yang ditemukannya bukanlah kotoran binatang. Namun, produk yang diberi nama Bio Azwar Teknologi itu campuran dari berbagai jenis tanaman. “Untuk membuatnya kita butuh zat pengatur tumbuh, asam amino, tanaman-tanaman segar. Intinya bahan-bahan organik pilihan seperti tanaman azola,” terangnya.
Setelah kuliah dan memasuki semester II, ditemukan formula yang bisa lebih meningkatkan kualitas Bio Azwar Teknologi. Azwar pun sudah berani mencobanya di tanaman petani lain, bukan hanya pada tanaman di lahan pribadinya.
Produk hasil temuannya dibagikan gratis, beberapa teman dan petani sudah mencoba produknya. Hasil yang didapatkan cukup memuaskan. “Tapi saya tidak pernah puas, saya terus berpikir apa lagi yang bisa ditingkatkan. Barulah pada saat semester VI, saya menemukan formulasi terbaik. Produk Bio Azwar Teknologi itu bisa jadi multi fungsi,” tutur pemuda yang hobi bermain tenis meja ini.
Formulasi yang berhasil ditemukan memang multi fungsi. Produk Bio Azwar Teknologi yang berbentuk cairan itu bukan hanya untuk pertanian saja, tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai minuman ternak dan ikan. “Jadi, formulasi yang saya temukan itu bisa digunakan untuk pertanian, peternakan dan perikanan,” sebut pemuda yang masih lajang tersebut.
Azwar masih mengurus semuanya sendiri. Temuannya kini bukan hanya bisa mempercepat pertumbuhan tanaman, bukan pula sekedar bisa meningkatkan produktivitas. Tetapi juga bisa untuk hewan ternak dan pengembangan usaha ikan. “Batang tanaman lebih kokoh dan produk saya bisa kurangi penggunaan pupuk kimia,” ucapnya.
Meski telah menemukan produk hebat, Azwar belum mengkomersilkan temuannya. Jiwa idealis seorang mahasiswa membuatnya lebih senang membagikan secara gratis. Azwar tidak pernah meminta bayaran, mesti banyak juga masyarakat memberikannya uang sebagai imbalan.
Makin hari, produk Azwar dicari petani. Orang-orang yang telah menggunakan produknya merasa puas dan ingin mendapatkan lagi. “Terus awal 2015 saya mulai berpikir untuk menjualnya seperti produk lain, apalagi harganya terjangkau. Disitulah saya dirikan CV Urip Tani sebagai tempat menjual produk,” tutur Azwar.
Setelah wisuda, Azwar semakin lebih fokus mengembangkan produknya. Kini, produk Bio Azwar Teknologi bukan hanya hasil dari sebuah hobi dan cita-cita, tetapi juga sebagai bisnis yang menguntungkan banyak pihak.
Seiring berjalannya waktu, Azwar bukan hanya menjual produk andalannya Bio Azwar Teknologi. Beberapa produk lainnya yang diproduksi sendiri seperti penangkar bibit padi, pestisida dan sebagainya dijual juga. “Tapi andalan CV Urip Tani tetap produk yang bertahun-tahun baru sempurna itu, Bio Azwar Teknologi,” tandasnya.
Tahun lalu, biasanya Bio Azwar Teknologi diproduksi dengan kapasitas 100 sampai 300 liter. Tapi saat ini sudah mencapai 1000 liter.
Hal ini disebabkan sudah banyaknya permintaan dari seluruh kabupaten/kota di NTB dan juga luar daerah. “Alhamdulillah Bio Azwar Teknologi awalnya hanya di Lombok Tengah, terus semakin melebar ke Lombok Timur dan seluruh NTB,” ucap pria yang pernah mengenyam ma’had sampai tingkat tiga tersebut.
Pupuk yang dijualnya juga banyak dicari oleh petani dari luar daerah. CV Urip Tani harus tetap mempersiapkan produk Bio Azwar Teknologi untuk didistribusikan ke Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah dan lain-lain.
Target yang ingin dicapai Azwar adalah menembus pasar luar negeri. Ia menilai target tersebut sangat realistis. Melihat, dirinya telah memiliki cukup banyak jaringan untuk merebut pasar luar negeri. Apalagi Bio Azwar Teknologi kualitasnya bisa bersaing dengan yang lain.
Pada tahun 2016 lalu, berkat produknya juga, Azwar diajak melakukan survei lahan pertanian ke Jepang. Kementerian Pertanian sangat mengaprsiasi produk yang dimilikinya. “Saya juga mau ke Thailand ini dengan biaya sendiri, membangun peluang ekspor kesana,” tutupnya. (*)
Sosok Muhammad Azwar Fuadi, layak dijadikan inspirasi bagi kaum muda NTB. Pemuda asal Mispalah, Praya, Lombok Tengah ini berhasil menemukan sebuah obat atau pupuk yang harganya terjangkau. Namun berbicara kualitas, pupuk yang diciptakannya mampu bersaing dengan produk luar daerah maupun luar negeri.
Menjadi seorang penemu di bidang pertanian, bukanlah hal mudah. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa mendapatkan formulasi terbaik. Harus berkali-kali melakukan penelitian ulang. Orang yang bisa bersikap sabar dan memiliki kepribadian ulet saja bisa konsisten dengan semua itu.
Seorang Azwar, panggilan akrab Muhamamd Azwar Fuadi, saat dihubungi Radar Lombok sedang berada di Bali mengikuti acara Asian Productivity Organization (APO). Sebuah organisasi yang isinya para pengusaha negara-negara Asia. Azwar menjadi peserta.
Azwar bukanlah orang yang fokus mempelajari ilmu-ilmu biologi ataupun kimia. Tapi, ia hanyalah lulusan sarjana Bahasa Inggris di STKIP Hamzanwadi yang sekarang menjadi Universitas Hamzanwadi. “Saya sih jurusan bahasa Inggris waktu kuliah,” ujarnya mulai bercerita.
Lahir dari ayah seorang insinyur pertanian, membuat Azwar akrab dengan bidang pertanian. Hal itulah yang membuatnya sempat tidak melanjutkan pendidikan paska lulus dari Madrasah Aliyah Keterampilan (MAK) Pancor. Azwar lebih memilih fokus melakukan penelitian-penelitian untuk bisa membantu petani.
Melihat tingginya biaya membeli pupuk, Azwar ingin bisa membantu masyarakat. Harus ada sebuah pupuk yang harganya terjangkau namun kualitasnya tidak jauh berbeda dengan pupuk kimia. “Sudah harganya mahal, pupuk kimia juga bisa merusak struktur tanah dan kesuburan lingkungan terganggu,” kata pria kelahiran 30 Juli 1991 ini.
Itulah yang membuatnya memilih untuk tidak kuliah setelah lulus Aliyah pada tahun 2009. Azwar terus melakukan penelitian bagaimana menciptakan pupuk bertekhnologi. Setelah berkali-kali melakukan penelitian dan inovasi, ditemukanlah sebuah obat atau pupuk yang kemudian diberi nama Bio Azwar Tekhnologi.
Pupuk yang ditemukan bisa memperbaiki struktur tanah, memeprcepat pertumbuhan tanaman pegetatif maupun generatif. “Tapi waktu itu belum ada kelebihan luar biasa, karena banyak juga yang menjual produk seperti itu,” ucap anak dari pasangan H Azhar dan Hj Juhaeriah ini.
Ibunya yang seorang guru, tentu menginginkan sang anak melanjutkan pendidikannya. Padahal, Azwar sendiri ingin menyempurnakan temuannya untuk bisa dijual dan membantu masyarakat. Akhirnya pada tahun 2011, Azwar Fuadi masuk STKIP Hamzanwadi mengambil jurusan Bahasa Inggris.
Pendidikan bagi Azwar, untuk bekal hidupnya. Mampu mendidik diri dalam menjalani kehidupan. Hal itu pula yang membuatnya mengambil jurusan bahasa Inggris, untuk bisa melanggeng ke seluruh dunia. “Hobi saya bertani, tapi saya ambil bahasa Inggris karena bahasa dunia,” ucap alumnus MTs NW Pancor ini.
Meski telah kuliah, Azwar tidak meninggalkan hobi dan cita-citanya. Penelitian terus dilakukan, temuannya harus bisa lebih baik dan sempurna lagi. Bahan dasar dalam pembuatan pupuk yang ditemukannya bukanlah kotoran binatang. Namun, produk yang diberi nama Bio Azwar Teknologi itu campuran dari berbagai jenis tanaman. “Untuk membuatnya kita butuh zat pengatur tumbuh, asam amino, tanaman-tanaman segar. Intinya bahan-bahan organik pilihan seperti tanaman azola,” terangnya.
Setelah kuliah dan memasuki semester II, ditemukan formula yang bisa lebih meningkatkan kualitas Bio Azwar Teknologi. Azwar pun sudah berani mencobanya di tanaman petani lain, bukan hanya pada tanaman di lahan pribadinya.
Produk hasil temuannya dibagikan gratis, beberapa teman dan petani sudah mencoba produknya. Hasil yang didapatkan cukup memuaskan. “Tapi saya tidak pernah puas, saya terus berpikir apa lagi yang bisa ditingkatkan. Barulah pada saat semester VI, saya menemukan formulasi terbaik. Produk Bio Azwar Teknologi itu bisa jadi multi fungsi,” tutur pemuda yang hobi bermain tenis meja ini.
Formulasi yang berhasil ditemukan memang multi fungsi. Produk Bio Azwar Teknologi yang berbentuk cairan itu bukan hanya untuk pertanian saja, tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai minuman ternak dan ikan. “Jadi, formulasi yang saya temukan itu bisa digunakan untuk pertanian, peternakan dan perikanan,” sebut pemuda yang masih lajang tersebut.
Azwar masih mengurus semuanya sendiri. Temuannya kini bukan hanya bisa mempercepat pertumbuhan tanaman, bukan pula sekedar bisa meningkatkan produktivitas. Tetapi juga bisa untuk hewan ternak dan pengembangan usaha ikan. “Batang tanaman lebih kokoh dan produk saya bisa kurangi penggunaan pupuk kimia,” ucapnya.
Meski telah menemukan produk hebat, Azwar belum mengkomersilkan temuannya. Jiwa idealis seorang mahasiswa membuatnya lebih senang membagikan secara gratis. Azwar tidak pernah meminta bayaran, mesti banyak juga masyarakat memberikannya uang sebagai imbalan.
Makin hari, produk Azwar dicari petani. Orang-orang yang telah menggunakan produknya merasa puas dan ingin mendapatkan lagi. “Terus awal 2015 saya mulai berpikir untuk menjualnya seperti produk lain, apalagi harganya terjangkau. Disitulah saya dirikan CV Urip Tani sebagai tempat menjual produk,” tutur Azwar.
Setelah wisuda, Azwar semakin lebih fokus mengembangkan produknya. Kini, produk Bio Azwar Teknologi bukan hanya hasil dari sebuah hobi dan cita-cita, tetapi juga sebagai bisnis yang menguntungkan banyak pihak.
Seiring berjalannya waktu, Azwar bukan hanya menjual produk andalannya Bio Azwar Teknologi. Beberapa produk lainnya yang diproduksi sendiri seperti penangkar bibit padi, pestisida dan sebagainya dijual juga. “Tapi andalan CV Urip Tani tetap produk yang bertahun-tahun baru sempurna itu, Bio Azwar Teknologi,” tandasnya.
Tahun lalu, biasanya Bio Azwar Teknologi diproduksi dengan kapasitas 100 sampai 300 liter. Tapi saat ini sudah mencapai 1000 liter.
Hal ini disebabkan sudah banyaknya permintaan dari seluruh kabupaten/kota di NTB dan juga luar daerah. “Alhamdulillah Bio Azwar Teknologi awalnya hanya di Lombok Tengah, terus semakin melebar ke Lombok Timur dan seluruh NTB,” ucap pria yang pernah mengenyam ma’had sampai tingkat tiga tersebut.
Pupuk yang dijualnya juga banyak dicari oleh petani dari luar daerah. CV Urip Tani harus tetap mempersiapkan produk Bio Azwar Teknologi untuk didistribusikan ke Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah dan lain-lain.
Target yang ingin dicapai Azwar adalah menembus pasar luar negeri. Ia menilai target tersebut sangat realistis. Melihat, dirinya telah memiliki cukup banyak jaringan untuk merebut pasar luar negeri. Apalagi Bio Azwar Teknologi kualitasnya bisa bersaing dengan yang lain.
Pada tahun 2016 lalu, berkat produknya juga, Azwar diajak melakukan survei lahan pertanian ke Jepang. Kementerian Pertanian sangat mengaprsiasi produk yang dimilikinya. “Saya juga mau ke Thailand ini dengan biaya sendiri, membangun peluang ekspor kesana,” tutupnya. (*)
Sumber : Radar Lombok