Tabayyunews.com - Hampir merata, Kepala Desa - Kepala Desa di Lombok Tengah bahkan di NTB memahami terminologi pembangunan desa dengan pembangunan fisik.
Karena identik pembangunan fisik, para Kepala Desa akhirnya merasa sukses memimpin desanya jika infrastruktur jalan, gang dan gorong-gotong didesanya sudah mereka bangun. Padahal, UU No. 6 Tahun 2004 tentang Desa mengamanatkan, desa juga harus menyentuh pemberdayaan Pendidikan, Ekonomi dan kesehatan ditengah masyarakat.
Hal ini disampaikan Sekretaris DPAC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Janapria, Ahmad Jumaili, S. Pd.I saat menjadi pembicara diskusi pemuda desa yang diadakan Komunitas Entrepreneur Bina Santri Mandiri dengan tema "Masa Depan Pemuda dan Ekonomi-Sosial Desa" di Desa Durian, Kecamatan Janapria Kamis (1/1) Kemarin.
Dikatakannya, saat ini, mayoritas desa-desa di Lombok Tengah belum ada yang memiliki perpusatakaan representatif di desa, padahal perpustakaan desa ini sangat penting sebagai ruang pembelajaran dan membuka wawasan warga tentang pertanian, pendidikan dan berbagai hal terkait desa.
Ia menambahkan, ada sebagian desa yang memang telah memiliki perpustakaan tetapi tidak layak disebut perpustakaan. Bertempat diruangan yang sangat kecil, minim fasilitas, bahkan terdapat beberapa buku tetapi hanya tertumpuk tidak terurus.
"Pemerintah desa sepertinya belum faham fungsi perpustakaan, bantuan-bantuan buku dan majalah dari pemerintah disia-siakan" ungkapnya.
Tokoh muda yang akrab disapa Jhellie ini melanjutkan, salah satu penyebab tumpulnya kreatifitas masyarakat selama ini adalah terbatasnya wawasan dan informasi yang didapatkan masyarakat baik melalui buku, koran dan juga internet.
"Saya prihatin, orang-orang ini beranggapan minat baca masyarakat desa minim, padahal yang terjadi sesungguhnya tidak adanya ruang baca yang bisa mereka akses" Ungkapnya.
Menurutnya, dari perpustakaan sebenarnya kreatifitas masyarakat bisa dipantik ke sektor-sektor lain seperti ekonomi kerakyatan dan kesehatan apalagi didukung Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
"Kalo masyarakat sudah terbuka wawasan, BUMDes bisa diarahkan memfasilitasi kegiatan-kegiatan mereka yang berorientasi ekonomis, ada banyak potensi yang bisa dikembangkan seperti kerajinan rotan, ketak, pariwisata dan kuliner" ungkapnya.
Diakuinya, melihat kondisi desa-desa di Lombok Tengah saat ini, pekerjaan ini memang sepertinya tidak mudah, karena itu pemerintah desa perlu melibatkan semua fihak terutama pemuda desa.
Selama ini pemuda desa menurutnya jarang dilibatkan dalam perencanaan-perencanaan program di desa. Pemuda desa terkesan hanya diposisikan sebagai obyek program yang sudah ada, bahkan mereka dianggap anak-anak yang belum berfikir matang sehingga tak layak diberi tanggungjawab.
"Pemuda Desa Jaman Now tidak begitu, mereka memiliki ide-ide kreatif tentang banyak hal, ide-ide mereka sangat canggih, kalo mereka masih dianggap tak layak diberi tanggungjawab, itu pemikiran kaum tua yang keliru" Ungkapnya.
Jumaili berharap kedepan, dengan dana desa yang sangat besar, pembangunan desa berhenti melulu diarahkan untuk pembangunan fisik, tapi juga pembangunan sumber daya manusia, memicu kreatifitas-kreatifitas pemuda dan menggali setiap potensi yang bernilai ekonomis.
"Kita berharap, bagi desa yang sudah bagus infrastruktur desanya, berhentilah membangun fisik. Karena percuma gang dan jalan-jalan desa bagus tapi masyarakatnya tetap Bodoh dan miskin. Ini sangat Ironis" Pungkasnya.[Gilang]
Karena identik pembangunan fisik, para Kepala Desa akhirnya merasa sukses memimpin desanya jika infrastruktur jalan, gang dan gorong-gotong didesanya sudah mereka bangun. Padahal, UU No. 6 Tahun 2004 tentang Desa mengamanatkan, desa juga harus menyentuh pemberdayaan Pendidikan, Ekonomi dan kesehatan ditengah masyarakat.
Hal ini disampaikan Sekretaris DPAC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Janapria, Ahmad Jumaili, S. Pd.I saat menjadi pembicara diskusi pemuda desa yang diadakan Komunitas Entrepreneur Bina Santri Mandiri dengan tema "Masa Depan Pemuda dan Ekonomi-Sosial Desa" di Desa Durian, Kecamatan Janapria Kamis (1/1) Kemarin.
Dikatakannya, saat ini, mayoritas desa-desa di Lombok Tengah belum ada yang memiliki perpusatakaan representatif di desa, padahal perpustakaan desa ini sangat penting sebagai ruang pembelajaran dan membuka wawasan warga tentang pertanian, pendidikan dan berbagai hal terkait desa.
Ia menambahkan, ada sebagian desa yang memang telah memiliki perpustakaan tetapi tidak layak disebut perpustakaan. Bertempat diruangan yang sangat kecil, minim fasilitas, bahkan terdapat beberapa buku tetapi hanya tertumpuk tidak terurus.
"Pemerintah desa sepertinya belum faham fungsi perpustakaan, bantuan-bantuan buku dan majalah dari pemerintah disia-siakan" ungkapnya.
Tokoh muda yang akrab disapa Jhellie ini melanjutkan, salah satu penyebab tumpulnya kreatifitas masyarakat selama ini adalah terbatasnya wawasan dan informasi yang didapatkan masyarakat baik melalui buku, koran dan juga internet.
"Saya prihatin, orang-orang ini beranggapan minat baca masyarakat desa minim, padahal yang terjadi sesungguhnya tidak adanya ruang baca yang bisa mereka akses" Ungkapnya.
Menurutnya, dari perpustakaan sebenarnya kreatifitas masyarakat bisa dipantik ke sektor-sektor lain seperti ekonomi kerakyatan dan kesehatan apalagi didukung Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
"Kalo masyarakat sudah terbuka wawasan, BUMDes bisa diarahkan memfasilitasi kegiatan-kegiatan mereka yang berorientasi ekonomis, ada banyak potensi yang bisa dikembangkan seperti kerajinan rotan, ketak, pariwisata dan kuliner" ungkapnya.
Diakuinya, melihat kondisi desa-desa di Lombok Tengah saat ini, pekerjaan ini memang sepertinya tidak mudah, karena itu pemerintah desa perlu melibatkan semua fihak terutama pemuda desa.
Selama ini pemuda desa menurutnya jarang dilibatkan dalam perencanaan-perencanaan program di desa. Pemuda desa terkesan hanya diposisikan sebagai obyek program yang sudah ada, bahkan mereka dianggap anak-anak yang belum berfikir matang sehingga tak layak diberi tanggungjawab.
"Pemuda Desa Jaman Now tidak begitu, mereka memiliki ide-ide kreatif tentang banyak hal, ide-ide mereka sangat canggih, kalo mereka masih dianggap tak layak diberi tanggungjawab, itu pemikiran kaum tua yang keliru" Ungkapnya.
Jumaili berharap kedepan, dengan dana desa yang sangat besar, pembangunan desa berhenti melulu diarahkan untuk pembangunan fisik, tapi juga pembangunan sumber daya manusia, memicu kreatifitas-kreatifitas pemuda dan menggali setiap potensi yang bernilai ekonomis.
"Kita berharap, bagi desa yang sudah bagus infrastruktur desanya, berhentilah membangun fisik. Karena percuma gang dan jalan-jalan desa bagus tapi masyarakatnya tetap Bodoh dan miskin. Ini sangat Ironis" Pungkasnya.[Gilang]