
Jika anda kebetulan pernah berkunjung ke Hotel Lombok Raya di
Mataram, coba perhatikan dinding Lobby Room Hotel sebelah timur, disana
terdapat beberapa patung berbentuk muka yang terpajang menghiasi dinding. Patung-patung
itu adalah hasil karya lelaki gagap bernama Ayyub (58), warga Dusun Bebile, Desa
Ganti, Kecamatan Praya Timur.
Hari itu, kamis (23/8) kami bertandang ke rumah Ayyub ditemani Herman salah
seorang yang rutin membeli karya-karya Ayyub. Dari herman inilah kami
mengetahui jika patung yang ada di beberapa hotel di Lombok itu ternyata buah
tangan kreatif lelaki dusun sederhana itu.
Ditemani isterinya, Ayub pagi itu menerima kami di beranda
rumahnya. Sudut-sudut rumah sederhananya dipenuhi aneka macam kerajinan seni
yang didominasi kerajinan seni ukir. Patung-patung yang sudah maupun belum selesai, terlihat berserakan. Sebuah
lemari yang sepertinya disiapkan sebagai tempat televisi juga penuh sesak
dengan aneka hasil keajinan, topeng, miniatur gamelan dan patung-patung berukuran kecil.
Disebelahnya, terdapat dua patung susun setengah jadi setinggi 5 meter.
“Itu pesanan belum jadi pak” sapa isteri ramah saat kami memperhatikan
hasil karya menakjubkan itu.
Sementara itu, dua orang pemuda berbadan sedang kami lihat sedang asyik
memotong kayu asam kering.
Disebelahnya Ayub, si pengerajin. Saat kami dekati,
lelaki berperawakan kecil itu hanya melayani kami dengan senyum, begitupan saat
ditanya tentang pekerjaannya, Ayyub hanya diam, lelaki itu seperti inigin bicara tapi tak bisa.
Isterinya Ayyub menjelaskan, suaminya itu sejak kecil memang berpenyakit gagap dan susah bicara. Lelaki yang gagap itulah, Si Ayyub, lelaki kreatif dari Desa Ganti yang dari tangannya tercipta patung-patung bernilai seni.
Isterinya Ayyub menjelaskan, suaminya itu sejak kecil memang berpenyakit gagap dan susah bicara. Lelaki yang gagap itulah, Si Ayyub, lelaki kreatif dari Desa Ganti yang dari tangannya tercipta patung-patung bernilai seni.
“Maaf pak, dia itu gagap dan susah bicara sejak kecil. Kalo ada
yang datang-datang begini saya yang disuruhnya bicara” Kata isterinya
mempermaklumkan.
Diberanda rumahnya, isteri ayub bernama Saniah itu, menceritakan
proses kerja kreatif suaminya. Saniah mengatakan, suaminya tersebut tidak pernah sekolah, ia hanya tamatan Madrasah Tsanawiyah swasta di kampungnya. Daya kreatif Ayyub merubah kayu-kayu menjadi seni kerajinan yang indah didapatkannya secara alami.
“Samasekali tak pernah belajar, gak ada gurunya, malah sekarang dia yang
ngajari teman-temannya” Kata Saniah bangga pada suaminya.
Menurut Saniah, suaminya ini sudah melakukan pekerjaan tersebut sepuluh tahun lamanya sejak mereka belum kawin. Dan dari hasil penjualan kerajinan dan patung-patung inilah, Saniah mengaku dapat hidup dan makan bersama tiga anaknya
Siapa yang membeli patung-patung Ayyub?
Isterinya bercerita, mereka mengikuti irama pesanan yang dating dari
beberapa orang yang memang sudah menjadi langganan mereka.
“Kami menerima pesanan dari “bos-bos” ada yang Mataram, dari kute
bahkan ada yang dari bali” Kata isterinya.
Bos adalah istilah mereka terhadap seorang yang datang membeli dan memesan kerajinan patung terlebih dahulu. Untuk menyelesaikan setiap pesanan, Ayyub dan rekannya membutuhkan waktu satu sampai dua bulan.
Bos adalah istilah mereka terhadap seorang yang datang membeli dan memesan kerajinan patung terlebih dahulu. Untuk menyelesaikan setiap pesanan, Ayyub dan rekannya membutuhkan waktu satu sampai dua bulan.
“Bahkan kadang ada yang dikerjakan sampai 3 bulan, tergantung
kesulitan pembuatannya” Kata saniah menjelaskan.
Saniah menjelaskan cukup banyak jenis kerajinan ukir yang di buat Ayyub, beberapa diantaranya, Kerajinan Patung Perahu, patung susun, patung tibung, patung topeng, patung kijang , patung kepala sapi, patung miniatur gamelan dan patung joget sasak. Untuk memudahkan pekerjaannya, ayub dibantu oleh beberapa rekannya, Uji, dan Edi.
Saat ini penjualan produksi kerajinan Ayyub masih sangat terbatas
dan kurangnya promosi. Mereka persis hanya menunggu pesanan. Mereka
menghargakan karya-karya tersebut dengan harga bervariasi mulai Rp. 20.000 sampai Rp.1.000.000 per unit. [AJ-Tabayyun]