Adanya kebijakan gudang-gudang pengumpul tembakau untuk
membatasi stok pembelian tembakau musim tanam tahun ini dan hanya membeli
tembakau dari anggota petani binaanya membuat petani tembakau di kecamatan Janapria dan Praya Timur resah.
H. Maulidin, Batu Gulung Desa Semoyang Kecamatan Praya Timur misalnya
mengaku sudah 3 minggu tembakaunya numpuk di teras rumahnya karena tidak bisa
dijual. H. Maulidin sudah mendatangi beberapa gudang tembakau yang ada namun
tembakaunya tersebut ditolak dengan alasan gudang tidak menerima tembakau
diluar petani binaanya.
“Hari senin kemarin saya
coba bawa ke gudang Djarum tapi tembakau saya di kembalikan karena tidak
menerima tembakau dari petani yang bukan anggota” Jelas H. Maulidin.
Senada dengan H. Maulidin, Ama Guna di dusun Semayang, desa
Kidang Praya Timur juga mengaku sama. Tembakaunya yang sudah selesai di Press
Ban dan siap jual terpaksa menganggur di rumahnya karena tak ada gudang yang
mau membeli tembakaunya.
“Mereka (gudang) beralasan, pajak yang terlalu mahal untuk
tembakau saat ini membuat gudang tidak berani membeli stok tembakau yang banyak
tahun ini” Kata Amak Guna.
Sementara itu, seorang warga yang cukup vocal bernama Haeruddin
di desa Lekor, Kecamatan Janapria mengatakan, sikap gudang yang membatasi stok
seperti ini sepertinya sengaja di lakukan agar harga tembakau musim ini murah.
Sementara itu Kamiluddin petani tembakau Asal Pepao,
Kecamatan Janapria mengaku serupa. Kesulitan menjual tembakau menjadi
permasalahan serius para petani di desanya termasuk dirinya. Apalagi diakui
kamiluudin, dirinya tidak termasuk anggota binaan salah satu Gudang pengumpul tembakau
sehingga menambah sulit melakukan penjualan.
“kami mau menjual sendiri gak bisa, kami titip ke petani
tembakau yang jadi anggota mereka tidak menerima karena tembakau mereka saja sedikit
yang di terima” Kata Kamiluddin yang siang itu didampingi rekannya Najmin.
Sementara itu, Haeruddin, ketua kelompok tani Mulai Bangun desa
Lekor Kecamatan Janapria mengatakan, ia mencurigai, alasan-alasan gudang
pengumpul tembakau ini tidak menerima tembakau petani ini sebagai bagian dari
politik harga agar gudang-gudang bisa mendapatkan harga tembakau yang murah
dari petani.
“Ketika masyarakat kesulitan menjual tembakaunya, maka satu
satunya solusi nantinya, petani akan menjualnya dengan harga murah karena tak
ada yang mau membeli lagi” Tegas Haeruddin.
Ia menambahkan, tidak
adanya standar harga tembakau yang pasti dari pemerintah membuat perusahaan
tembakau semena-mena memperlakukan petani. Para petani menurutnya tidak akan
bisa berbuat bayak kalau sudah diperlakukan seperti ini, yang pada akhirnya
nantinya mereka menjadi pihak yang dirugikan.
“Kami meminta pemerintah, meminta tuan guru Majedi untuk merespon
ini segera. Para petani ini orang bodoh jadi jangan dibodoh-bodohi. Jangan dong
biarkan petani berjuang sendiri melawan perusahaan tembakau” Kata Haeruddin
geram.[AJ/Mastar]