Kampung media sebuah konsep ideal tentang partisipasi publik,
mendorong masyarakat untuk menyebarkan informasi apapun dari kampung halamannya
sendiri. Minimal itu yang bisa saya tangkap dari uraian kecil pendiri kampung media
Fairus Zabadi.
Karena itu, stenght in own page, menjadi jargon kampung
media selanjutnya. Entahlah, saya gak tau apakah jargon kampung media itu benar
dalam tata bahasa inggris, atau memang itu hanya suka-suka bang Fairus yang identik
dengan nyentil-nyentil kreatifnya. Tapi saya suka istilah ini, kekuatan ada di
halaman sendiri. Kira-kira begitu maksudnya.
Komunitas kampung media menurut info yang saya dengar sudah berjumlah
60 komunitas kampung media se NTB. Aktifitas kampung media rata-rata fokus ke
menulis, selebihnya angota kampung media banyak beraktifitas offline dengan
menyelenggarakan acara-acara seperti ngopi darat, seminar, pelatihan,
penerbitan Koran dll.
Satu-satunya aktifitas kampung media yang sangat terasa
adalah menulis di blog. Karena blog dianggap kampung media sebagai wadah komunikasi
paling efektif dan paling hebat saat ini. Melalui media blog berita-berita kampung
terekspos mendunia.
Namun, ada namunnya, saya masih melihat ada banyak
kekurangan kampung media selama ini. Kekurangannya, terutama dipenulisan.
Karena aggota-anggota komunitas kampung media bukan berasal dari wartawan
semua, akhirnya gaya penulisan menjadi asal saja. Tulisan yang jauh dari
kategori tulisan jurnalistik. Pun demikian, masalah kampung media ini masih
bisa diperbaiki kedepan.
Soal kampung media yang lain adalah, belum terbentuk semacam
ghirah menulis yang memang menghajatkan diri untuk memberikan informasi yang
bermanfaat untuk public. Melainkan, saya melihat, masih kuatnya motivasi
honorarium yang jauh dari cita-cita relawan TIK. Hmm…inipun masih bisa kita
perbaiki. [ngantuk.com – Lanjut.in esok..]