Gerbang sebuah
gudang berkuran kira-kira 8x8 meter persegi itu terkunci rapat. Dari
luar, tampak jelas sebuah mesin berkuran besar berupa pipa-pipa besi
dan susunan gir-gir penggiling teronggok tak terurus. Mesin-mesin
itu tampak mulai berdebu karena tak pernah digunakan.
Sebuah mesin
pengolah sampah organik ini adalah hadiah pemerintah untuk masyarakat
desa kopang Melalui program Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat
(SLBM) bernilai 600 juta rupiah.
Mesin beserta
bangunannya itu resmi di miliki masyarakat dan pemerintah Desa Kopang
pada 25 April 2011 ditandai dengan peresmian dan sosialisasi yang
diadakan oleh dinas PU kab. Lombok Tengah di Kantor Desa Kopang
Lombok Tengah. Namun, sayangnya, mesin itu belum bisa dimanfaatkan
secara maksimal oleh masyarakat karena terkendala pasokan Listriknya
yang terhenti.
Direncanakan
sebelumnya, mesin canggih yang dilengkapi 8 unit mesin pengolah dan
penggilingan ini akan dimanfaatkan untuk mengolah sampah organik di
Dua Desa yakni Desa Kopang Rembige dan Desa Bebuak. Secara kemampuan
mesin ini dipastikan mampu memproduksi 7 ton pupuk organik setiap
hari dalam kondisi siap jual.
L Kartale, salah
seorang pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Berugak Dese yang
menemani Tabayyun mengunjungi mesin naas tersebut menjelaskan, mesin
ini praksis macet sejak setahun yang lalu setelah PLN memutuskan
tidak bisa mengalirkan listrik disebabkan akan mengganggu pasokan
listrik untuk kawasan Lombok Tengah Bagian Utara.
Kartale beserta
kawan-kawannya di LSM Berugak Dese sebenarnya tidak tinggal diam.
Mereka telah berkali-kali memfasilitasi masyarakat untuk menyampaikan
keluhan soal tidak termanfaatkannya mesin ini ke PLN namun
memberikan solusi agar mesin ini memiliki Gardu sendiri yang dibiaya
pembuatannya oleh masyarakat.
“Biaya pembuatan
Gardu ini kami gak mampu, ya akhirnya sampai sekarang macet”
Jelasnya.
Diceritakan
Kartale, kabar terakhir, beberapa waktu lalu, bersama lembaganya, ia
mengajak masyarakat desa untuk menyampaikan aspirasinya ke Pemerintah
Kabupaten dan mendapatkan tanggapan psoitif.
“Kami mendapat
kabar biaya pembuatan gardu ini sudah di ketok di APBD perubahan
2014, ya kami berharap secepatnya bisa di realisasikan” pungkasnya. [Jhellie]