Drs. H. M. Amrullah, MM |
Kasak-kusuk terjadinya penyelewengan dana yang dilakukan kepala sekolah tersebut dimulai saat beberapa waktu lalu kepala sekolah sempat di demo siswa-siswinya dan menuntutnya mundur, akibatnya Bantuan Siswa Miskin (BSM) yang harusnya mereka terima tidak dapat di ambil.
Seorang guru yang namanya tidak mau disebutkan, mengatakan sisa dana BSM tersebut sengaja ditahan kepala sekolah untuk kepentingan pribadinya, bahkan tidak sekadar disunat beberapa siswa hingga hari ini belum mendapatkan dana BSM tersebut
Dari demo tersebut mulai terkuak ternyata kepala sekolah terindikasi melakukan penyelewangan lain selain dana BSM, di antaranya dana Bantuan Operasional Sekolah dan Bantuan Dana Alokasi Khsus yang diperuntukkan perpustakaan dan untuk rehab sekolahnya.
Salah seorang guru yang juga Alumni SMAN 1 Janapria berinisial "A" mengatakan, total bantuan dana untuk program DAK Perpusatakaan dan Rehab Rp 429 juta lebih dan yang tampak dalam proses pengerjaan hanya sekitar Rp 200 an juta. Ia juga mengungkapkan laporan pertanggung jawaban dan kepanitian yang dibentuk kepala sekolah terkait pelaksanakaan kegiatan bantuan DAK tersebut ternyata fiktif.
Salah seorang pejabat sekolah yang juga enggan disebutkan namanya, mengatatakan, sisa dana DAK tersebut dinikmati dan dibagi-bagikan juga kepada beberapa rekan-rekan guru dan beberapa pejabat sekolah agar kasus ini tidak di ungkapkan ke Media.
Adapun dana BOS yang diperuntukkan Rp 1 juta per siswa, kalau dijumlahkan berdasarkan jumlah siswa SMA 1 Janapria dana ini berjumlah sekitar Rp 450 Juta. Namun, penggunaan dana tersebut tidak transparan dan tidak sesuai dengan post-post yang telah diusulkan di RAB. Dana ini juga terindikasi diselewengkan kepala sekolah.[Jhellie]