Tabayyunews.com - Ketua PBNU, KH Said Agil Siradj mengunjungi Pondok Pesantren Nurul Qur’an Mertak Tombok, Praya, Lombok Tengah, Rabu (22/11). Dalam ceramahnya, Said Agil menegaskan bahwa radikalisme atau kekerasan bukan ajaran yang bersumber dari Alquran.
Ia pun menegaskan para kyai yang bisa berafiliasi dengan NU tak ada yang mengajarkan radikalisme. “Harus ngaji di pesantren Nahdatul Ulama. Kalau di luar juga masih, nggak tanggung jawab. Kalo belajarnyanya di kyai NU, tidak ada kyai NU ngajari radikal, nggak ada," tegasnya di hadapan para santri, pengurus NU wilayah NTB, Anggota Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) Loteng, dan lainnya.
Dalam kesempatan itu ia juga menyinggung beberapa peristiwa kekerasan atau pengeboman tempat-tempat ibadah oleh kaum radikal atau teroris di belahan dunia Arab dan Indonesia. Menurutnya gerakan radikal dan intoleransi itu bisa terjadi karena kaum radikal menggunakan ayat Alquran sebagai landasan untuk membenarkan aksi kekerasannya.
Mereka, kata Said Agil, tidak memahami konteks ayat yang digunakan sebagai landasan perbuatannya dengan baik.
Ayat-ayat yang digunakan sebagai legitimasi atas perbuatannya diturunkan Allah untuk menguatkan semangat juang atau jihad pasukan Islam ketika Rasulullah dan umatnya di Madinah diserbu suku-suku Arab Mekkah untuk dihancurkan. Atau dengan kata lain ayat tersebut diturunkan di saat-saat genting menjelang perang.
Di hadapan santri tahfiz Nurul Quran, ia juga mengatakan Alquran tidak cukup hanya di hafal saja. Tetapi memahami atau menafsirkannya dengan baik, sesuai dengan teks dan konteksnya juga tidak kalah pentingnya.
Cara memahami kandungan Alquran dengan jalan mengaji kitab-kitab kuning, kitab rujukan atau kitab peninggalan para ulama-ulama yang sudah yang sudah jelas sanad keilmuannya. Seperti kitab tafsir, mustalha hadits, tariqh, filsafat Islam, ilmu kalam, usul fiqh dan kitab-kitab lainnya yang umumnya masih diajarkan oleh ulama-ulama NU.
Usai memberikan ceramah, KH Said Agil Siradj juga menyerahkan penghargaan kepada sembilan santri Nurul Quran yaitu penghafal Alquran tercepat dalam waktu sembilan sampai 12 bulan. "Mudah-mudahan santri-santri Nurul Quran nanti menjadi pemimpin yang pintar, jujur, amanah, adil, bijak dan arif," pesannya.
Tablig akbar ini adalah rangkaian pertama acara pelantikan Pengurus PERGUNU, Rapat Kerja PC PERGUNU, dan seminar pendidikan. Kegiatan itu juga merupakan bagian dari agenda akbar penyelenggaraan Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama yang berlangung pada 22-26 November di Lombok. (LS)
Ia pun menegaskan para kyai yang bisa berafiliasi dengan NU tak ada yang mengajarkan radikalisme. “Harus ngaji di pesantren Nahdatul Ulama. Kalau di luar juga masih, nggak tanggung jawab. Kalo belajarnyanya di kyai NU, tidak ada kyai NU ngajari radikal, nggak ada," tegasnya di hadapan para santri, pengurus NU wilayah NTB, Anggota Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) Loteng, dan lainnya.
Dalam kesempatan itu ia juga menyinggung beberapa peristiwa kekerasan atau pengeboman tempat-tempat ibadah oleh kaum radikal atau teroris di belahan dunia Arab dan Indonesia. Menurutnya gerakan radikal dan intoleransi itu bisa terjadi karena kaum radikal menggunakan ayat Alquran sebagai landasan untuk membenarkan aksi kekerasannya.
Mereka, kata Said Agil, tidak memahami konteks ayat yang digunakan sebagai landasan perbuatannya dengan baik.
Ayat-ayat yang digunakan sebagai legitimasi atas perbuatannya diturunkan Allah untuk menguatkan semangat juang atau jihad pasukan Islam ketika Rasulullah dan umatnya di Madinah diserbu suku-suku Arab Mekkah untuk dihancurkan. Atau dengan kata lain ayat tersebut diturunkan di saat-saat genting menjelang perang.
Di hadapan santri tahfiz Nurul Quran, ia juga mengatakan Alquran tidak cukup hanya di hafal saja. Tetapi memahami atau menafsirkannya dengan baik, sesuai dengan teks dan konteksnya juga tidak kalah pentingnya.
Cara memahami kandungan Alquran dengan jalan mengaji kitab-kitab kuning, kitab rujukan atau kitab peninggalan para ulama-ulama yang sudah yang sudah jelas sanad keilmuannya. Seperti kitab tafsir, mustalha hadits, tariqh, filsafat Islam, ilmu kalam, usul fiqh dan kitab-kitab lainnya yang umumnya masih diajarkan oleh ulama-ulama NU.
Usai memberikan ceramah, KH Said Agil Siradj juga menyerahkan penghargaan kepada sembilan santri Nurul Quran yaitu penghafal Alquran tercepat dalam waktu sembilan sampai 12 bulan. "Mudah-mudahan santri-santri Nurul Quran nanti menjadi pemimpin yang pintar, jujur, amanah, adil, bijak dan arif," pesannya.
Tablig akbar ini adalah rangkaian pertama acara pelantikan Pengurus PERGUNU, Rapat Kerja PC PERGUNU, dan seminar pendidikan. Kegiatan itu juga merupakan bagian dari agenda akbar penyelenggaraan Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama yang berlangung pada 22-26 November di Lombok. (LS)